Puasa sebagai Instrumen Kepekaan Sosial

Pernahkah Anda mendengar hadis tentang Nabi menganjurkan jika memasak Sayur agar memperbanyak kuahnya?

“Wahai Abu Dzar, apabila kamu memasak sayur (daging kuah) maka perbanyaklah airnya dan berilah tetanggamu” [HR. Muslim]

Apa yang ada dibayangan pembaca mendengar atau membaca hadist tersebut? Yah itulah yang penulis ingin uraikan pada kesempatan ini.

Penulis sendiri, Ketika membaca hadist itu merasa kok Islam perhatian banget kepada orang lain. Sampai sekecil itu diperhatikan.

Dari sini Kita mengerti betapa islam itu menjadi ‘Rahmat bagi seluruh alam’ Sebab kasih Sayang yang diterapakan dapat dimulai pada hal-hal kecil.

Hadis ini tentu dalam konteks kepedulian kepada sesama, bahwa setiap muslim sangat sensitif atau peka dengan urusan muslim lainnya.

Lalu bagaimana dengan puasa?

Setidaknya ada dua yang yang sangat bersentuhan langsung dengan kepekaan sosial.

Pertama, syariat Puasa mengantarkan Kita pada gerbang kepekaan sosial yang tinggi. Letaknya dimana? Apa yang Anda rasakan ketika tidak minum dan tidak makan? Tentu lapar.

Ketika Anda lapar, pernahkan terbayang bagaimana kondisi sesama muslim atau manusia itu kelaparan? Tidak ada yang bisa mereka makan ataupun minum dan betapa banyak dibelahan dunia yang lain yang sengaja dimiskinkan, sengaja dibuat lapar agar tidak berdaya? Itu adalah kenyataan pahit yang hari ini masih terjadi.

Maka melalui sayrait puasa kondisi itu menjadi terus relevan sebagai bahan perenungan, sehingga muncul kesadaran baru bahwa manusia itu harusnya senasib dan sepenanggungan.

Kedua, yaitu syariat Zakat. Zakat menjadi penyempurna bagi ibadah puasa yang Kita lakukan dalam sebulan lamanya. Apa keterkaitan kehidupan sosial dan Zakat yang yang Kita tunaikan?

Dalam syariat islam zakat sangat terkait dengan pendistribusian, bahkan secara khusus disebutkan ada delapan kelompok yang berhak mendapatkan distribusi itu antara lain, fakir, miskin, amil, mulaf, riqab, garimin, fi sabilillah dan terakhir ibnu sabil.

Delapan golongan itu adalah orang-orang yang ‘membutuhkan bantuan’ dari zakat yang kita salurkan dengan harapan agar mereka kembali berdaya, menjadi terhomat.

Maka melalui syariat puasa ini, mengantarkan Kita pada satu kesadaran yang paripurna tentang kodisi sosial yang terjadi. Karena tidak bisa dipungkiri, itu akan selalu kita dapati dalam kehidupan kita.

Oleh: Arinal Hidayah Amsur #aha #puasa

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *